Glow Storia – Kesehatan gusi sering kali tidak mendapat perhatian serius dibandingkan masalah gigi berlubang. Padahal, menurut Ketua Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI), drg. Usman Sumantri, penyakit gusi berdarah menempati posisi kedua sebagai masalah gigi terbesar di Indonesia setelah karies. Sayangnya, banyak orang mengabaikan tanda-tanda awalnya.
Penyakit gusi kerap dijuluki silent killer karena gejalanya tidak terlalu jelas pada tahap awal. Rasa sakit biasanya tidak muncul, sehingga masyarakat sering kali baru menyadari ketika kondisinya sudah parah. Inilah yang membuat penyakit gusi berdarah sangat berbahaya, bukan hanya bagi rongga mulut, tetapi juga bagi kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), Prof. drg. Suryono, menjelaskan bahwa penyakit gusi berkembang melalui dua tahapan utama. Jika dibiarkan, kondisinya bisa menjadi semakin serius hingga menyebabkan gigi hilang permanen.
Prof. Suryono menekankan bahwa bahaya yang lebih besar bukan hanya pada rongga mulut. Infeksi gusi dapat membawa bakteri masuk ke aliran darah dan meningkatkan risiko penyakit sistemik seperti jantung, stroke, diabetes, infeksi pernapasan, hingga komplikasi pada kehamilan.
Baca Juga : Wisata Batam Perkuat Hubungan Johor Lewat Program Turis
Kesehatan gigi dan gusi tidak cukup dijaga hanya dengan menyikat gigi seadanya. Para pakar menekankan perlunya perawatan menyeluruh agar gusi tetap sehat. Menurut Dr. drg. Julita Hendrartini, Ketua Asosiasi Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Indonesia (ARSGMPI), ada beberapa langkah utama yang perlu dijadikan kebiasaan.
Sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap kesehatan gigi dan gusi, Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) kembali digelar untuk ke-16 kalinya pada tahun 2025. Program ini merupakan kerja sama Pepsodent dengan PDGI, AFDOKGI, serta ARSGMPI.
Dengan mengusung tema “Cek Gigi dan Gusi – Bebas Biaya, Bebas Cemas, Bebas Ribet”, acara ini berfokus pada peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kesehatan mulut. Menurut drg. Ratu Mirah Afifah, Personal Care Community Lead Unilever Indonesia, BKGN tahun ini menargetkan pelayanan gratis bagi lebih dari 28.000 masyarakat di 30 fakultas kedokteran gigi dan rumah sakit pendidikan gigi di seluruh Indonesia.
Pelayanan yang diberikan meliputi pembersihan karang gigi, penambalan, aplikasi fluoride, hingga pencabutan gigi bila diperlukan. Selain itu, kegiatan promotif-preventif juga dilakukan untuk menjangkau lebih banyak lapisan masyarakat.
Salah satu fokus penting dari BKGN adalah memberikan edukasi kepada siswa sekolah mengenai cara merawat gigi dan gusi dengan benar. Langkah ini bertujuan menanamkan kebiasaan baik sejak usia dini agar kesehatan gigi dapat terjaga hingga dewasa.
Tidak hanya di perkotaan, PDGI melalui 55 cabangnya juga melaksanakan kegiatan edukasi ke daerah-daerah terpencil di Indonesia. Beberapa wilayah yang mendapat perhatian khusus antara lain Simeulue di Aceh, Kotawaringin Barat di Kalimantan Tengah, Jeneponto di Sulawesi Selatan, hingga Sorong di Papua.
Langkah ini membuktikan bahwa perhatian terhadap kesehatan gigi dan gusi tidak boleh hanya terfokus di kota besar, melainkan harus menjangkau seluruh masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Simak Juga : Doa untuk Orang Zalim dan Munafik, Perlawanan Spiritual Harian