
Glow Storia – Emma Tiglao resmi meraih mahkota Miss Grand International 2025 dalam ajang bergengsi yang digelar di MGI Hall, Bangkok, Thailand, pada Sabtu malam, 18 Oktober 2025. Kemenangan ini menjadi momen bersejarah bagi Filipina karena menandai keberhasilan negara tersebut mempertahankan gelar ratu kecantikan dunia selama dua tahun berturut-turut. Dalam kompetisi yang diikuti oleh 76 finalis dari berbagai negara, Tiglao tampil menonjol dengan keanggunan, kecerdasan. Serta pesan sosial yang kuat.
Mengutip laporan Manila Times pada Selasa (21/10/2025), Emma Tiglao tak hanya memenangkan mahkota utama. Akan tetapi juga memperoleh penghargaan Country’s Power of the Year, yang menempatkannya di antara 22 besar finalis terbaik. Di posisi runner-up pertama terdapat Sarunrat Puagpipat dari Thailand, disusul Aitana Jimenez dari Spanyol di posisi runner-up kedua. Faith Porter dari Ghana menempati posisi ketiga, sementara Nariman Battikha dari Venezuela berada di posisi keempat.
Kemenangan Emma Tiglao semakin memperkuat posisi Filipina sebagai salah satu kekuatan besar dalam ajang kecantikan internasional. Tahun sebelumnya, gelar Miss Grand International juga berhasil dibawa pulang oleh CJ Opiaza, yang sempat menggantikan posisi Rachel Gupta dari India setelah pengunduran dirinya. Prestasi ini membuktikan bahwa Filipina terus melahirkan ratu-ratu kecantikan berprestasi dengan karakter dan visi sosial yang kuat.
Emma Tiglao, yang kini berusia 30 tahun, dikenal bukan hanya karena kecantikannya, melainkan juga kepeduliannya terhadap isu sosial dan lingkungan. Dalam pidatonya setelah penobatan, ia menyinggung tentang korupsi dan dampak bencana alam di Filipina. Sebagai seorang jurnalis, Tiglao menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap kondisi negaranya yang sering dilanda bencana dan persoalan sosial. Ia juga memberikan penghormatan kepada para jurnalis yang gugur dalam menjalankan tugas, seperti Mariam Abu Daga dari Gaza, yang menjadi simbol perjuangan demi kebenaran.
Baca Juga : Manfaat Utama Minum Susu Kedelai bagi Kesehatan Tubuh
Dalam pernyataannya di panggung Miss Grand International, Tiglao menyampaikan pesan yang menggugah hati tentang pentingnya cinta, empati, dan perdamaian. Ia menekankan bahwa manusia tidak dilahirkan untuk hidup dalam ketakutan, tetapi untuk menebar harapan dan kasih sayang. Bagi Tiglao, perdamaian sejati berawal dari keluarga, ketika orang tua menanamkan nilai kasih kepada anak-anaknya, dan dari pemimpin yang menunjukkan kerendahan hati dalam bertindak.
Ia juga menegaskan bahwa generasi muda memiliki peran penting dalam mewujudkan dunia yang lebih damai. Menurutnya, kaum muda harus menemukan tujuan hidup mereka agar bisa membawa perubahan positif. Ucapan tersebut disambut tepuk tangan meriah dari para penonton dan juri, memperlihatkan bahwa pesan yang dibawanya bukan hanya indah, tetapi juga sarat makna.
Salah satu momen paling berkesan dalam malam final adalah ketika Emma Tiglao tampil anggun dalam sesi gaun malam. Ia mengenakan busana karya desainer Filipina ternama, Rian Fernandez, yang menggambarkan sosok ratu phoenix yang bangkit dari abu. Gaun berwarna oranye terang itu disulam dengan tangan menggunakan detail yang rumit, memadukan unsur api dan bulu untuk melambangkan kekuatan serta ketangguhan seorang wanita.
Dalam unggahan di akun Instagram-nya, Fernandez menyebut bahwa setiap inci gaun tersebut dibuat dengan ketelitian luar biasa. Menurutnya, busana itu mencerminkan keanggunan dan keagungan sang ratu yang siap menaklukkan dunia. Dilengkapi dengan jubah bulu melingkar yang berkibar seperti sayap, penampilan Tiglao menjadi salah satu yang paling menawan sepanjang malam. Gaun tersebut bukan hanya busana panggung, melainkan juga simbol dari perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan.
Pada sesi tanya jawab terakhir, para finalis diberikan pertanyaan seputar ancaman penipuan daring yang semakin marak dan sering dikaitkan dengan perdagangan manusia. Tiglao memberikan jawaban yang matang dan berimbang, menekankan pentingnya pendidikan serta peran pemerintah dalam memperkuat sistem hukum. Ia menegaskan bahwa solusi utama bukan hanya hukuman berat, tetapi juga kesadaran masyarakat agar tidak menjadi korban kejahatan digital.
Sebagai seorang jurnalis, Tiglao mengaitkan jawabannya dengan pengalaman pribadi dalam melaporkan kasus-kasus serupa. Ia menekankan bahwa keseimbangan antara keadilan dan edukasi adalah kunci untuk menghentikan siklus kejahatan tersebut. Jawaban lugas dan penuh empati itu menjadi salah satu faktor penentu kemenangan dirinya malam itu.
Sebelum menjadi ratu kecantikan dunia, Emma Tiglao telah lebih dulu dikenal di industri hiburan dan jurnalistik. Pada tahun 2019, ia dinobatkan sebagai Binibining Pilipinas–Intercontinental dan mewakili Filipina di ajang Miss Intercontinental di Mesir, di mana ia berhasil menembus 20 besar. Keberhasilannya di ajang tersebut menjadi batu loncatan yang membuka lebih banyak peluang di dunia media dan penyiaran.
Setelah beberapa tahun berkarier sebagai model di berbagai negara Asia seperti Kamboja, Malaysia, Singapura, Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang, Tiglao kemudian meniti karier sebagai pembawa berita untuk program Mata ng Agila di Eagle Broadcasting Corporation. Sejak 2021, ia juga dikenal sebagai salah satu pembawa acara utama dalam program bincang-bincang pagi Kada Umaga di stasiun televisi Net 25. Dedikasi dan profesionalismenya di dunia jurnalistik menjadi dasar kuat bagi kepribadiannya yang tangguh dan inspiratif di panggung internasional.
Simak Juga : Dampak Psikologis Menonton Film Horor di Sekolah China