Glow Storia – Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang tidak bisa digantikan. Saat tubuh beristirahat, berbagai sistem bekerja untuk memperbaiki sel, menyeimbangkan hormon, dan memulihkan energi. Namun, ketika waktu tidur berkurang menjadi kurang dari 6 jam per malam efek dari proses tersebut terganggu secara signifikan.
Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur dalam jangka pendek maupun panjang dapat menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan. Dampaknya tidak hanya terasa pada tubuh, tetapi juga pada kesehatan mental, produktivitas, dan bahkan keselamatan.
Kurang tidur satu malam saja sudah dapat mengurangi kemampuan fokus dan memperlambat respon otak. Aktivitas sehari-hari seperti mengemudi, mengoperasikan mesin, atau membuat keputusan penting menjadi lebih berisiko karena.
Selain itu, proses penyimpanan memori jangka panjang ikut terganggu. Informasi baru yang diterima di siang hari sulit dikonsolidasikan ke dalam memori otak, sehingga kemampuan belajar menurun. Pada tahap ini, tubuh mulai merasakan efek awal dari gangguan ritme sirkadian.
Baca Juga : Masalah Kesehatan yang Bisa Terdeteksi dari Lidah: Jangan Anggap Remeh Tanda-Tanda Ini
Jika pola tidur kurang dari 6 jam berlanjut selama beberapa hari berturut-turut maka efek dari perubahan suasana hati menjadi lebih jelas. Rasa mudah tersinggung, kelelahan mental, dan kesulitan mengontrol emosi mulai muncul. Hal ini terjadi karena otak tidak memiliki cukup waktu untuk memproses dan menyeimbangkan hormon yang mengatur mood.
Produktivitas di tempat kerja atau sekolah juga mulai terpengaruh. Tugas-tugas yang biasanya mudah dilakukan terasa berat, dan kesalahan kecil menjadi lebih sering terjadi. Sistem kekebalan tubuh pun mulai menurun, meningkatkan risiko terkena infeksi ringan seperti flu atau radang tenggorokan.
Kurang tidur selama dua hingga empat minggu dapat mengganggu sistem metabolisme tubuh. Pada fase ini, terjadi perubahan hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang. Hormon ghrelin yang memicu lapar meningkat, sementara hormon leptin yang memberi sinyal kenyang menurun.
Akibatnya, nafsu makan bertambah dan sering kali diikuti oleh pilihan makanan tinggi gula atau lemak. Selain itu, sensitivitas insulin mulai berkurang, membuat kadar gula darah menjadi tidak stabil. Kondisi ini menjadi salah satu faktor risiko berkembangnya diabetes tipe 2 di masa depan.
Simak Juga : Olahraga 30 Menit Cukup Bermanfaat Bagi Kehidupan Sehari-hari
Ketika kurang tidur berlangsung berbulan-bulan, risiko kesehatan meningkat drastis. Ada tiga dampak serius yang perlu diwaspadai:
Ketiga risiko ini sering berkembang secara perlahan, sehingga banyak orang tidak menyadari bahayanya hingga kondisi kesehatan sudah memburuk.
Kurang tidur selama lebih dari enam bulan dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang pada berbagai sistem tubuh. Risiko penyakit jantung koroner, stroke, hingga penurunan fungsi kognitif meningkat tajam. Otak juga menjadi lebih rentan terhadap penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.
Bagi pekerja shift malam atau mereka yang sering berganti jam tidur, efeknya bahkan lebih berat. Gangguan pada ritme sirkadian mengacaukan waktu kerja organ-organ vital, membuat pemulihan tubuh menjadi jauh lebih sulit.
Untuk menghindari bahaya tersebut, beberapa langkah praktis bisa dilakukan. Pertama, tetapkan jadwal tidur yang konsisten setiap hari, termasuk di akhir pekan. Hal ini membantu mengatur ritme biologis tubuh agar bekerja lebih teratur.
Kedua, ciptakan lingkungan tidur yang mendukung, seperti ruangan gelap, sejuk, dan bebas dari kebisingan. Hindari penggunaan perangkat elektronik setidaknya satu jam sebelum tidur, karena cahaya biru dari layar dapat menghambat produksi melatonin.
Ketiga, lakukan aktivitas relaksasi seperti membaca buku, mandi air hangat, atau meditasi ringan sebelum tidur. Jika gangguan tidur terus berlanjut, konsultasikan dengan tenaga medis atau spesialis tidur untuk mendapatkan penanganan yang tepat.