Glow Storia – Perawatan kulit terus berkembang mengikuti tren dan teknologi. Salah satu metode yang tengah naik daun adalah dermaroller, alat kecil dengan ratusan jarum mikro yang diklaim mampu mengatasi bopeng akibat jerawat. Meski terdengar ekstrem, teknik ini sebenarnya telah lama digunakan dalam dunia estetika medis sebagai bagian dari prosedur dermaroller dan kini kian populer karena dikatakan lebih terjangkau daripada laser.
Namun di balik tren yang kian marak di media sosial dan klinik kecantikan, terdapat sejumlah hal penting yang perlu diketahui. Tidak hanya tentang manfaat, tetapi juga risiko jika prosedur ini dilakukan tanpa standar medis yang tepat.
Dermaroller merupakan perangkat berbentuk silinder kecil yang permukaannya dipenuhi oleh ratusan jarum mikro berukuran 0,25 mm hingga 2,5 mm. Saat digulirkan ke permukaan kulit wajah, dermaroller menciptakan ribuan luka mikro yang tidak terlihat oleh mata telanjang. Luka ini kemudian memicu proses alami regenerasi kulit dan produksi kolagen baru.
Produksi kolagen yang meningkat inilah yang dipercaya mampu memperbaiki tekstur kulit yang tidak rata akibat bopeng jerawat. Selain itu, dermaroller juga disebut membantu penyerapan produk perawatan kulit seperti serum atau krim, karena mikro-lubang yang tercipta mempermudah penetrasi zat aktif ke dalam lapisan kulit yang lebih dalam.
Meski mekanismenya terlihat sederhana, efektivitas dan keamanan dermaroller sangat bergantung pada teknik penggunaannya terutama panjang jarum, kebersihan alat, dan frekuensi pemakaian.
Baca Juga : Sentuhan Berlapis di Pipi: Teknik Blush Stacking untuk Tampilan Merona Sepanjang Hari
Dermaroller banyak dipromosikan sebagai solusi untuk berbagai masalah kulit, terutama pada wajah. Manfaat utamanya antara lain:
Namun, meski terlihat menjanjikan, prosedur ini bukan tanpa risiko. Salah satu hal yang sering diabaikan adalah kemungkinan infeksi kulit akibat alat yang tidak steril atau digunakan secara sembarangan. Bila prosedur dilakukan di tempat yang tidak memiliki standar medis, seperti salon atau klinik kecantikan tanpa pengawasan dokter, risiko iritasi, luka terbuka, atau bahkan peradangan bisa muncul.
Bahkan, pada kasus tertentu, penggunaan dermaroller yang tidak tepat justru bisa memperparah kondisi kulit, terutama pada orang dengan jerawat aktif, kulit sensitif, atau riwayat kelainan pembentukan jaringan parut (keloid).
Para dokter kulit menekankan bahwa tindakan microneedling termasuk dermaroller seharusnya hanya dilakukan oleh profesional medis. Di banyak kasus, perawatan ini sebaiknya dilakukan di klinik dermatologi, bukan oleh terapis kecantikan tanpa latar belakang medis.
Alasan utamanya adalah karena kulit wajah setiap orang memiliki kondisi berbeda. Misalnya, seseorang dengan kulit tipis dan kering tentu membutuhkan pendekatan berbeda dengan mereka yang memiliki kulit berminyak dan tebal. Selain itu, pemilihan ukuran jarum yang tepat sangat krusial agar luka mikro yang terbentuk bisa memberikan efek regeneratif, bukan merusak jaringan kulit.
Prosedur medis yang benar biasanya melibatkan tahapan pembersihan menyeluruh, anestesi topikal (krim bius), pengguliran alat secara terarah, dan aplikasi serum atau krim penenang pasca-treatment. Tidak jarang pasien juga akan diberikan panduan pasca perawatan, termasuk larangan memakai produk tertentu atau paparan sinar matahari langsung.
Simak Juga : Ajari Anak Bahasa Inggris Membuka Gerbang Dunia Sejak dini
Dalam dunia perawatan kulit, hasil yang instan sering kali menggoda. Namun perlu diingat, regenerasi kulit adalah proses biologis yang memerlukan waktu, konsistensi, dan pendekatan yang aman. Dermaroller bisa menjadi bagian dari rutinitas perawatan, asalkan digunakan dengan bijak dan dilakukan di bawah pengawasan ahli.
Alih-alih sekadar mengikuti tren, lebih baik memahami secara menyeluruh prosedur yang akan dijalani. Kulit bukan hanya soal penampilan, tetapi juga kesehatan. Jangan sampai keinginan tampil mulus justru menimbulkan masalah baru akibat tindakan yang sembrono.
Dermaroller memang membuka harapan baru bagi pemilik kulit bopeng. Namun seperti pisau bermata dua, hasilnya sangat tergantung pada siapa yang memegang kendali. Maka dari itu, langkah terbaik adalah selalu konsultasi terlebih dahulu dengan dokter kulit sebelum memutuskan mencoba prosedur ini.