Glow Storia – Sakit gigi sering kali dipandang sebagai masalah sepele yang bisa ditunda penanganannya. Namun, bagi ibu hamil, kondisi ini dapat menimbulkan risiko serius. Kesehatan gigi yang buruk bisa memicu infeksi, dan hal ini tidak hanya menimbulkan rasa nyeri, tetapi juga berpengaruh langsung pada janin yang sedang berkembang di dalam kandungan.
Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi, menjelaskan bahwa kesehatan gigi yang terabaikan, misalnya gigi berlubang atau mengalami infeksi, dapat menjadi pintu masuk bakteri dan virus. Mikroorganisme berbahaya tersebut dapat menyebar ke dalam aliran darah melalui pembuluh halus yang berada di sekitar gigi. Jika dibiarkan, kondisi ini bukan hanya mengganggu kesehatan ibu, tetapi juga membahayakan janin.
Bakteri dan virus yang masuk ke pembuluh darah ibu hamil dapat menyebar ke seluruh tubuh. Hal ini meningkatkan risiko infeksi pada organ vital. Yang lebih berbahaya, aliran darah yang sudah terkontaminasi bisa memengaruhi janin, bahkan berpotensi menyebabkan bayi lahir dengan penyakit jantung bawaan.
Menurut penjelasan Nadia, bayi yang baru lahir biasanya tidak mungkin terpapar langsung bakteri atau virus dari luar. Namun, jika sang ibu mengalami infeksi gigi saat mengandung, mikroorganisme tersebut bisa masuk melalui peredaran darah dan memengaruhi janin. Pernyataan ini membuka wawasan bahwa penyakit jantung bawaan tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor genetik, melainkan juga bisa dipicu oleh infeksi pada masa kehamilan.
Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan bahwa kasus kerusakan gigi meningkat drastis setelah usia 25 tahun. Sebanyak 43,3 persen orang dewasa mengalami karies gigi, sementara mayoritas ibu hamil berada pada usia produktif tersebut. Fakta ini menjadi alasan kuat mengapa kesehatan gigi ibu hamil harus benar-benar diperhatikan.
Baca Juga : Rahasia Perawatan Kecantikan Pagi Hanya dalam 5 Menit
Sayangnya, kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan gigi masih tergolong rendah. Survei Kesehatan Indonesia mencatat bahwa 57 persen penduduk berusia di atas tiga tahun mengalami masalah gigi dan mulut. Namun, hanya 11,2 persen yang benar-benar mencari pengobatan.
Banyak masyarakat baru datang ke dokter ketika rasa nyeri sudah parah. Bahkan sebagian memilih mengandalkan cara tradisional atau sekadar mengonsumsi obat pereda nyeri untuk mengatasi masalah. Setelah rasa sakit hilang, kebanyakan orang tidak lagi melanjutkan pengobatan, sehingga kerusakan gigi tetap dibiarkan.
Meski 94,7 persen masyarakat Indonesia mengaku rutin menyikat gigi, data menunjukkan hanya sekitar 6 persen yang melakukannya dengan teknik yang benar. Selain itu, akses layanan kesehatan gigi masih terbatas. Hingga kini, sekitar 26 persen puskesmas di Indonesia belum memiliki dokter gigi. Kondisi ini membuat banyak orang kesulitan mendapatkan perawatan yang memadai.
Menjaga kesehatan gigi bukan hanya soal estetika, melainkan investasi jangka panjang bagi kesehatan tubuh, terutama bagi ibu hamil. Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan antara lain:
Untuk menekan angka masalah gigi dan mulut, pemerintah bersama organisasi profesi telah mulai menjalankan berbagai program. Pemeriksaan gigi gratis, edukasi menyikat gigi yang benar, serta pemberian fluoride topikal menjadi bagian dari upaya pencegahan.
Data Kementerian Kesehatan juga menunjukkan bahwa prevalensi masalah gigi meningkat pada kelompok lansia hingga mencapai 61 persen. Hal ini menegaskan bahwa perawatan gigi tidak berhenti pada usia tertentu, melainkan harus dilakukan sepanjang hidup.
Ketua Umum Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Usman Sumantri, menekankan bahwa menjaga kesehatan gigi harus dilakukan secara menyeluruh. Tidak hanya mengurangi konsumsi gula, tetapi juga memastikan perawatan rutin dan menjaga kebersihan mulut dengan baik.
Simak Juga : Doa Minta Kekuatan Lahir Batin Arab dan Latin Secara Lengkap